Kalau diberi kesempatan, sebagian besar orang pasti akan dengan senang hati berjalan-jalan, berpetualang, dan menjalin persahabatan dengan orang-orang dari berbagai penjuru bumi.
Nah, orang yang hobinya jalan-jalan biasanya akan mengaku bahwa dirinya seorang traveler. Tapi dari sekian banyak traveler di luar sana, hanya ada segelintir yang termasuk traveler sejati. Apakah kamu salah satunya? Simak yuk tanda-tanda traveler sejati di bawah ini!
1. Kamu rela mengencangkan ikat pinggang demi membeli tiket perjalanan
Melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru adalah salah satu agenda wajib bagimu. Tapi, kamu tahu bahwa kabur ke Gunung Slamet, pergi ke Tanjung Puting, apalagi menyambangi tempat-tempat eksotis seperti Labuan Bajo dan Ouagadougou membutuhkan biaya dan usaha yang tidak sedikit.
Kamu mengerti bahwa biaya bisa jadi halangan seorang traveler, dan kamu mematangkan rencana untuk menaklukkan halangan ini. Kamu melatih dirimu untuk membayangkan kemana kakimu harus melangkah 3 atau 6 bulan ke depan, dan menumbuhkan kedisiplinan untuk menyisihkan uang demi mewujudkan apa yang kamu bayangkan.
Kamu rela berhemat, menyimpan sebagian uang jajan demi membiayai perjalananmu. Uniknya, hidupmu juga nggak lantas jadi prihatin. Bukan berarti tiba-tiba kamu makan Indomie telor terus setiap hari ketika kamu sudah mantap ingin pergi ke Thailand. Kamu bakal tetap bisa nongkrong dan bersenang-senang bareng teman-temanmu dengan caramu sendiri.
2. Kamu Adalah Pribadi Terbuka, Dan Mudah Mendapatkan Teman
Kamu tahu akan sulit bagimu untuk bertahan di tempat-tempat asing sendirian. Karena itu, kamu berusaha menjadi pribadi terbuka yang mudah menjalin pertemanan. Bahkan apabila kamu sebenarnya pemalu atau pendiam.
Kamu membaur dengan mereka yang ada di warung atau terminal, baik sesama pejalan maupun penduduk lokal. Tak jarang juga, koneksi-koneksi yang “tak sengaja” terjalin dalam perjalanan ini akan bertahan seumur hidupmu. Faktanya, kesempatan menjalin hubungan dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia adalah salah satu alasan kenapa kamu terus ingin berkelana.
3. Kamu Tidak Harus Pergi Bersama Rombongan Untuk Menikmati Perjalanan
Bagimu, bepergian sendirian bukan masalah sama sekali. Musibah dicopet atau tersesat selama perjalanan toh juga bisa dialami mereka yang bepergian dalam rombongan. Selain itu, bukankah dengan bepergian sendirian kamu bisa lebih bebas menentukan hal-hal apa yang akan kamu lakukan sesampainya di tujuan?
Bukan berarti kamu penyendiri. Kamu cuma orang yang tangguh dan mandiri. Tantangan yang kamu hadapi selama bepergian sendirian telah menjadikanmu pribadi yang berani.
4. Berada Dalam Perjalanan Membuatmu Merasa ‘Lepas’
Meskipun traveling adalah kegiatan yang (kalau boleh jujur) melelahkan dan bisa bikin frustasi, kamu tidak berniat berhenti. Ini karena traveling membuatmu merasa bebas, lepas, dan puas pada hidupmu. Kamu merasa telah melakukan sesuatu yang berharga dengan kemanusiaan yang kamu punya. Kamu merasa traveling membuat hidupmu tidak sia-sia.
Saat kamu berada dalam perjalanan, kamu menyatu dengan sekitarmu. Kamu rileks dan bergairah. Kamu merasa hidupmu kembali berapi-api dengan perjalanan yang kamu lakoni ini.
5. Rumahmu tidak didefinisikan oleh alamat yang tertera di KTPmu
Namun, rumah itu bukan satu-satunya tempat tinggalmu di dunia. Ketika kamu pergi ke Bukittinggi, kamu merasa bahwa Bukittinggi adalah rumahmu pula. Ketika kamu berkelana ke Balige, kamu ingin menjadikan penduduk Balige yang memesona sebagai tetanggamu. Tempat-tempat yang kamu kunjungi membuatmu jatuh cinta, dan kamu merasa diterima dengan tangan terbuka.
6. Kamu tidak akan mengotori rumahmu sendiri
Karena rasa keterikatanmu yang kuat pada “rumah”-mu, kamu merasa wajib untuk menjaga keindahannya. Kamu tidak akan tega mengambil edelweiss dari Gunung Semeru hanya untuk memenuhi permohonan pacarmu. Kamu tahu di mana harus membuang sampah-sampah hasil berkemahmu semalam. Kamu tidak akan pernah berpikiran untuk mencoret dinding, batu, atau bangku taman dengan tulisan, ‘NAQ CHANTIQUE WAZ HERE.’
Kamu juga tahu bahwa banyak cagar alam indah di luar sana yang belum dan ingin kamu kunjungi. Tapi, kamu bisa menahan diri karena cagar alam itu sudah begitu penuh dengan pengunjung. Jika kamu pergi kesana, kamu takut cagar alam itu jadi terlalu penuh dan rusak. Kamu lebih memilih untuk berusaha memelihara “rumahmu” itu dengan tidak mengunjunginya.
7. Bagimu, Tersesat itu Adalah Berkah Tersendiri
Tersesat justru menjadi suatu kebahagiaan buatmu. Tersesat membuatmu melihat hal-hal luar biasa yang sebelumnya tidak ada di dalam rencana perjalananmu. Lebih penting lagi, tersesat telah mempertemukanmu pada orang-orang berhati malaikat yang rela menolongmu kembali ke “jalan yang benar”, atau bahkan mempersilakanmu mampir ke rumah mereka sebentar — walaupun itu baru pertama kalinya kamu bertemu mereka