Dewasa ini, budaya kapitalis menjelma dalam gaya hidup yang konsumtif. Orang sering terjebak melakukan pengeluaran yang sebenarnya melebihi batas kemampuan mereka. Gaya hidup minimalis pun mulai berkembang popularitasnya sebagai alternatif atau antitesis dari gaya konsumtif yang lebih besar pasak daripada tiang.

Nah, kali ini, akan dibahas apa yang perlu kamu lakukan untuk menerapkan gaya hidup minimalis di kehidupan sehari-hari kamu.

1. Lepaskan keterikatanmu dari barang-barang milikmu.
Langkah pertama dan terpenting untuk menjalani sebuah kehidupan yang minimalis dilaksanakan dalam kepala. Ketika kita memiliki suatu benda yang kita anggap berharga, tanpa sadar kita jadi terbelenggu olehnya: kita jadi takut benda itu rusak, hilang, dan sayang kalo dibuang. Akhirnya, kamu pun menumpuk barang-barang itu dan membuang waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengurusi keberadaannya.

Menjalani hidup minimalis berarti membebaskan dirimu dari belenggu kebendaan. Kebanyakan barang hanyalah benda mati yang gak akan kita bawa mati. Seharusnya mereka ada untuk memudahkan hidupmu, bukan sebaliknya.

Nah, ketika pikiranmu udah bisa memahami konsep itu, kamu akan menyadari bahwa eksistensimu di dunia ini adalah lebih dari barang-barang yang kamu punya. Kamu pun jadi bisa membebaskan diri dari keterikatan yang berlebihan pada benda-benda.

2. Pilah kembali barang-barangmu.
Langkah selanjutnya adalah menyortir ulang barang-barangmu, seluruhnya. Kamu bisa mulai dari lemari pakaianmu. Pilahlah: mana yang sering kamu pakai, yang jarang dipakai, yang masih bagus, dan yang udah usang.

Buang atau daur ulang barang yang udah usang. Jual atau donasikan barang-barang yang kondisinya masih baik. Sisakan hanya yang sering kamu pakai aja.

3. Benda kenangan? Relakan!
Saat memilah-milah barang, kamu pasti akan berpapasan dengan benda kenangan: baik itu album foto, atau mungkin malah surat cinta dari mantan. Well, mengingat masa lalu itu penting. tapi tanpa itu pun kamu bisa mengenang mereka. Foto-foto kenangan? Scan dan simpan di media penyimpanan digital. Selebihnya, jual, sumbangkan, atau buang.

4. Kedepankan fungsi dan esensi, bukan gaya.
Saat menyortir barangmu, berpikirlah secara fungsional dan esensial. Kamu gak perlu 10 celana jeans, cukup 2-3 potong. Begitu juga dengan sepatu. Cukupkan barangmu sesuai fungsinya. Misalnya, kamu cukup punya 3 pasang sepatu: satu buat olahraga, satu buat naik gunung, dan satu lagi buat ke acara resmi. Kalo kamu udah terbiasa melakukan ini, otomatis lemari dan rakmu bakal tampak lega.

Bila kamu berpikir, “Ah, nanti jadi dibilang gak pernah ganti!” Yah, itulah esensinya menjadi seorang minimalis: berontak dari pola pikir yang menomorsatukan fashion. Bukan berarti kamu gak boleh ngikutin fashion sih, tapi cukup sewajarnya dan tetap memprioritaskan fungsi.

5. Sederhanakan standar hidupmu.
Intisari dari hidup minimalis adalah menginginkan sesuatu secukupnya aja, sesuai kebutuhan kamu. Ini beda lho sama gak punya impian. Kamu tetap punya standar dalam hidup — kamu hanya berkomitmen untuk menentukan standar yang memang baik buatmu, bukannya standar yang membuatmu tertekan.

Ini bisa memberikan lebih banyak manfaat dari yang kamu bayangkan. Banyak orang yang menginginkan lebih banyak dari yang batas kemampuan mereka, semata karena gengsi atau ikut-ikutan. Jadi seseorang yang minimalis berarti menanggalkan semua itu dan menyederhanakan standar hidupmu. Selama kebutuhanmu tercukupi, kamu gak merasa perlu untuk mengikuti tren dan gengsi.

6. Belanja sesuai kebutuhan dan kualitas.
Kebanyakan orang cenderung lapar mata, lalu berbelanja produk yang kualitasnya biasa-biasa aja dan harganya murah. “Yang penting bisa dapet banyak!” Padahal, buat apa sih punya barang banyak-banyak?

Setiap kali kamu akan membeli suatu barang, biasakan untuk bertanya sama diri sendiri: apa kamu benar-benar memerlukannya? Kalo kamu ternyata gak perlu-perlu amat, taruh lagi barang itu ke rak pajang. Beli produk yang kamu tahu kualitasnya baik meski agak mahal, biar awet dan kamu gak harus sering-sering beli gantinya.