Setelah sempat membahas rasanya jadi cewek Indonesia yang tidak lagi perawan di artikel “Percakapan Dengan 3 Cewek Indonesia yang Memilih Melepas Keperawanannya“, kali ini akan dibahas tentang bagaimana berseluncur kembali ke dunia “perawan” dan “tidak lagi perawan.” Pertanyaannya sederhana: “Kenapa sih kita harus menunggu untuk melakukan hubungan seksual dan menjaga keperawanan? Adakah manfaatnya?”
1. Sebelum Umur 20-an Organ Paling Vitalmu Belum Siap Dimasuki “Benda Asing”. Kamu Akan Lebih Berisiko Terjangkit Kanker Serviks
Hubungan seksual melibatkan penetrasi penis pria ke dalam vagina wanita. Maka sebenarnya, vaginamu dimasuki oleh “benda asing” saat melakukan hubungan seksual.
“Ya gak pa-pa dong? Kan suka sama suka, dia juga sudah mau tanggung jawab kalau ada apa-apa.”
Sayangnya sistem kerja alami organ kewanitaanmu tidak selalu sejalan dengan keinginan dan otak. Sebuah studi yang dilakukan oleh British Journal of Cancer menunjukkan bahwa semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks, makin besar pula kemungkinannya untuk terkena kanker leher rahim.
Penelitian tersebut membandingkan potensi terkena kanker leher rahim pada wanita yang pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia 2o tahun dan 25 tahun. Hasilnya, wanita yang melakukan hubungan seks pertama kali pada usia 20 tahun lebih punya risiko besar terkena kanker leher rahim dibandingkan ia yang mulai aktif secara seksual di usia 25 tahun.
Hal ini pun dibenarkan oleh dr. Junita Indarti Sp.OG, dalam berita yang pernah dilansir oleh Metro TV. Menurutnya, seorang perempuan sebaiknya menunda berhubungan seks sampai berusia matang, setidaknya 20 tahun. Sebab di usia sebelum 20 tahun, sel-sel sedang sangat aktif berkembang biak. Jika leher rahim terkena Human Papilloma Virus (HPV), virus penyebab kanker serviks, maka sel akan dengan sangat mudah bermutasi menjadi sel kanker.
2. Kanker Leher Rahim Bisa Dicegah Dengan Vaksin, Tapi Syaratnya Kamu Harus Divaksinisasi Sebelum Pernah Melakukan Hubungan Seksual
Perkembangan ilmu pengetahuan kini bisa menghasilkan vaksin bagi Human Papilloma Virus (HPV) yang jadi penyebab kanker serviks. Namun syarat efektifnya vaksin ini bekerja adalah saat ia diberikan pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seks sebelumnya. Bahkan, vaksin ini sebenarnya lebih efektif jika mulai diberikan sejak usia 9 tahun.
Bisakah perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual melakukan vaksinasi pencegahan? Tentu bisa. Namun sebelumnya harus dipastikan bahwa ia tidak terjangkit virus HPV. Satu-satunya cara mengetahui apakah seorang perempuan terjangkit HPV atau tidak adalah dengan melalui tes Pap Smear.
3. Kemungkinan Besar Kamu Akan Keki Kalau Minta Tes Pap-Smear Sebelum Menikah
Tes pap smear mensyaratkan seseorang sudah menikah dan atau sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya. Kenapa? Sebab prosedur tes ini akan memasukkan alat ke rongga vagina. Jika perempuannya masih perawan dikhawatirkan prosedur ini bisa merusak selaput dara yang dimilikinya.
Di Indonesia, wanita yang belum menikah biasanya diidentikkan dengan masih perawan. Tidak jarang gadis yang belum menikah dan meminta cek pap smear akan “diceramahi” oleh petugas kesehatan karena keputusannya melepas keperawanan sebelum menikah.
Meskipun hal ini bertentangan dengan kode etik profesi, namun para petugas kesehatan itu juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Bagaimanapun, kita tinggal di negara yang masih sangat menjunjung tinggi absen dari pengalaman seksual sebelum menikah.
4. Selalu Ada Risiko Hamil dan Terjangkit Penyakit Menular Seksual
Dalam sebuah bukunya yang berjudul 19 Minutes, penulis wanita Jodi Picoult pernah menuliskan percakapan antara Ibu dan anak soal hubungan seksual:
Alex (Ibu): “Ingat, setiap kali kamu berhubungan seksual kamu punya kesempatan 50% untuk hamil”
Jodie (Anak): “Yeah”
Walau hanya ditanggapi dengan malas oleh si anak perempuan, namun perkataan Alex sangat benar. Setiap kali kita berhubungan seksual, ada kemungkinan besar bagi perempuan untuk hamil. Walau pakai metode “keluar di luar” atau coitus interruptus, kemungkinan hamil tetaplah ada.
Belum lagi risiko terjangkit PMS yang bukan Pre-Menstruatin Syndrome. Jika pasangan kita “nakal” dan suka gonta-ganti partner seksual, maka lagi-lagi perempuanlah yang dirugikan. Dia yang mau enak kok kita suruh ikut susah? Gak mau ‘kan?
5. Seks Lebih Membuat Cewek “Terikat” Pada Laki-Laki
Selepas melakukan hubungan seksual dengan seseorang, sebagian besar wanita akan merasa lebih berat keluar dari hubungan tersebut. Meninggalkan lelaki yang sudah pernah tidur bersama bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan oleh hormon berbeda yang dihasilkan oleh pria dan wanita pasca melakukan hubungan seks.
Pada wanita, hubungan seksual akan membanjiri tubuh dan otak dengan hormon oksitosin yang bisa menimbulkan keterikatan pada pasangan. Cewek akan lebih mudah terhubung secara emosional pada pasangan setelah melakukan hubungan seksual. Ia akan berpikir panjang untuk berpisah dengan pria yang sudah pernah tidur bersama.
Hal yang berbeda terjadi di tubuh pria. Hubungan seksual membanjiri tubuh pria dengan hormon dopamine. Hormon ini menimbulkan efek candu yang akan membuat pria terus mencari sensasi menyenangkan dan kepuasan yang sama, terlepas dari siapapun partner seksualnya.
Jadi, kalau kamu melakukan hubungan seksual dengan seorang pria maka jangan berharap 100% dia tidak akan meninggalkanmu. Mekanisme tubuh pria memungkinkannya “lepas” dari ikatan emosional meski pernah terlibat hubungan seksual denganmu. Fenomena keterikatan cewek pada cowok pasca melakukan hubungan seksual pernah Hipwee ulas sebelumnya di artikel “Kenapa Seks Bikin Cewek Jatuh Cinta Tapi (Cuma) Bikin Cowok Ketagihan?”
6. Penelitian Menunjukkan Mereka yang Berhubungan Seks Terlalu Dini Punya Kecenderungan Untuk Melakukan Kenakalan Remaja
Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University menunjukkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks terlalu dini memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan penyimpangan perilaku. Penelitian yang dilakukan terhadap 7.000 remaja tersebut memperlihatkan mereka yang aktif secara seksual 1 tahun lebih awal dibanding teman-teman seumurnya akan memiliki potensi melakukan kenakalan remaja 20% lebih tinggi.
Dana Haynie, peneliti dari Ohio State University, mengungkapkan benarnya hubungan antara dininya umur hubungan seksual dengan kenakalan remaja:
“Mereka yang mulai aktif secara seksual di usia yang terlalu muda bisa saja tidak siap menghadapi dampak emosional, perubahan sosial dan perubahan perilaku yang menghadangnya. Sudah pernah melakukan hubungan seksual akan menimbulkan rasa ‘sudah lebih dewasa’ dibanding teman-teman lain. Karena itu mereka juga merasa bisa melakukan hal yang seharusnya belum lazim dilakukan remaja. Inilah akar dari kenakalan remaja pada anak yang aktif secara seksual terlalu dini.”