Kekayaan dan keanekaragaman budaya di Indonesia memang nggak bisa disangsikan lagi. Begitu banyak keunikan dan keindahan yang bisa kita nikmati dari negeri ini. Menjaga keaslian identitas bangsa dengan melestarikan kebudayaan peninggalan leluhur adalah salah satu cara terbaik yang dilakukan pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Seberapa canggihnya gadget-mu, kamu nggak akan bisa menggunakannya di desa ini. Masyarakat Baduy melarang kamera masuk ke desa mereka.
Terletak di ujung barat Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Banten, terdapat sebuah desa dengan kearifan lokal yang masih sangat kental. Nggak sedikit orang yang mengunjungi desa ini, entah sekadar liburan atau mengumpulkan data mengenai kebudayaan masyarakat Baduy untuk skripsinya.
Di sini kamu bisa mengenal kebudayaan masyarakat Baduy dengan lekat. Mereka begitu ramah dengan para pengunjung. Kamu boleh menginap dan bersosialisasi dengan warga sekitar dengan leluasa, kecuali satu hal. Nggak boleh ada gejet masuk di desa Baduy Dalam ini! Haha. Bisa nggak kamu hidup tanpa gejet? :p
Inilah desa adat suku Loli dari Sumba Barat yang tertata rapi. Kalau ke sini, jangan lupa untuk beli kain khas mereka, ya!
Desa ini merupakan tempat tinggal suku Loli, Sumba Barat. Pedesaan yang dikelilingi perbukitan ini terletak nggak jauh dari Waikabubak. Di desa inilah masyarakat Sumba menyimpan dan melestarikan budaya leluhur mereka. Di tengah perumahan ini terdapat sebuah kuburan megalitik atau makam dari batu yang disebut Waruga, dan digadang-gadang sebagai simbol kosmologi lokal suku Loli.
Terlepas dari sejarahnya, di sini kamu bisa menyaksikan masyarakat suku Loli bertenun dan beraktivitas. Oh, iya, kain khas Sumba Barat dan Timur berbeda corak loh. Nggak ada salahnya kamu membelinya dari masyarakat setempat. 😀
Bukan hanya pemandangan indah yang menghiasi Desa Trunyan ini. Mampirlah ke desa ini untuk melihat keistimewaannya!
Desa ini agak sedikit berbeda dengan desa indah lainnya yang ada di Indonesia. Dibilang indah, emang indah sih. Sangat kental dengan adat budaya para leluhurnya, Desa Trunyan di Bali ini menyimpan keindahan dan ‘kengerian’ tersendiri. Gimana nggak ngeri coba, kalau kamu berkunjung ke desa ini, bukan cuma pemandangan cantik nan asri yang bakal kamu temui. Tapi kamu juga akan menemui beberapa tengkorak manusia yang tertata rapi atau berantakan di mana-mana! #DHEG
Seram sih kelihatannya, tapi inilah yang membuat desa yang terletak di Kabupaten Bungli ini menjadi istimewa. Di salah satu sudut desa ini terdapat kuburan, tetapi kuburan ini bukan seperti yang kamu kira; sebuah pemakaman yang tertata rapi dengan nisannya. Bukan, melainkan sebuah tempat di mana jasad manusia terkumpul tanpa dikubur atau dibakar layaknya adat masyarakat Bali pada umumnya (ngaben). Nahloh, cobain deh main ke desa ini. Berani nggak?
Lebih sekadar dari Puncak, Desa Munduk menawarkan ketenangan batin dan raga untuk pengunjung yang ingin beristirahat.
Desa yang secara administratif terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali Utara ini berada di ketinggian 800 mdpl. Pada tahun 2010, Desa Munduk mendapat penghargaan juara II sebagai Desa Wisata Nasional. Desa ini menawarkan ketenangan batin, kesejukan jasmani, dan kenyamanan bersosialisasi.
Suhu di kawasan ini berkisar antara 20-25 derejat Celcius. Temperatur yang pas untuk merihatkan pikiran dan badan yang letih setelah berhari-hari kerja membanting tulang. Juga hamparan pepohonan hijau nan asri yang membuat pemandangan di sekitar desa ini terasa lebih menenangkan. Kalau kamu bosan berwisata ke pantai atau ke gunung, cobalah untuk mengistirahatkan tenagamu di desa ini. Asyik banget!
Ingin melihat potret peradaban masyarakat Bali pada zaman dulu? Mampirlah ke Desa Penglipuran Bali.
Siapa yang nggak tahu desa ini? Siapapun yang pernah ikut tour and travel ke Bali tentu mendapatkan paket berkeliling ke desa yang sudah ada sejak 700an tahun lalu ini. Desa Penglipuran ini berdiri sejak zaman kerajaan Bangli, di mana mayoritas penduduknya berasal dari daerah Buyung Gede, Kintamani yang melakukan migrasi permanen.
Diaspora ini menghasilkan sebuah desa yang selalu mendapat predikat sebagai desa wisata terbaik nasional, dan cukup akrab dengan turis mancanegara yang menjadikan desa ini sebagai destinasi wisatanya. Sebab di desa ini kamu bisa melihat dan menyaksikan betapa kearifan lokal dijaga dengan baik. Berasa ada di Bali pada zaman dulu gitu deh.
Kamu nggak akan menyesal pernah berkunjung ke desa ini. Desa Wae Rebo, NTT, menyimpan berjuta kejutan indah untukmu.
Inilah desa budaya tercantik dan pertama di Indonesia yang telah diakui dunia. Terletak di Kecamatan Satarmasem, Kabupetan Manggarai, Nusa Tenggara Timur, desa ini memiliki 7 buah rumah utama yang berdiri kukuh sejak lama. Ketujuh rumah ini memiliki bentuk dan diameter yang hampir sama persis. Jangan ragukan akan keindahan dan kenyamanan lingkungan di desa ini.
Sekali matamu memandang ke semua penjuru, dapat dipastikan kamu nggak akan mau pulang buru-buru. Apalagi ketika sunrise, matahari yang kemerahan malu-malu muncul dari balik awan dan kabut di sekitar Wae Rebo. Belum lagi kamu akan disuguhi kopi khas Flores. Betah deh! Cocok juga buat menghilangkan galau hati yang mengakar. :p
FYI aja sih, pengunjung yang sering datang ke sini kebanyakan adalah turis asing. Sementara untuk kamu traveler alay, diimbau untuk tidak mengunjungi kawasan ini!