Kenapa sih orang bisa dengan enteng selingkuh? Apa penyebab mudahnya seseorang melakukan pengingkaran terhadap sebuah komitmen? Apakah memang, secara naluriah, manusia memang lahir sebagai makhluk yang tidak setia?
1. Kita Punya Otak Untuk Merasionalkan Seluruh Perbuatan
Untung dan ruginya jadi manusia itu terletak di satu kepemilikan organ: otak. Dengan organ tubuh yang satu ini kita bisa membentuk nilai yang ingin kita jalankan dalam hidup. Kita bisa membuat sebuah perbuatan yang secara moral salah, menjadi rasional dan pantas untuk diterima.
Kamu tahu selingkuh itu salah. Kamu juga tahu kalau SMS-an mesra selain dengan pacar itu termasuk selingkuh. Tapi kamu terus membuat pemakluman dalam dirimu sendiri. Mulai dari alasan bahwa pacarmu gak perhatian, pacarmu sibuk, pacarmu di luar kota — semua ini kamu ulang di pikiran sampai kamu pun percaya bahwa kamu melakukan hal yang memang “sah”.
Meskipun kamu tahu kamu salah, kamu berusaha percaya bahwa perbuatanmu benar. Artinya, kamu tidak lebih dari sedang berbohong pada diri sendiri.
2. Pada Dasarnya, Manusia Selalu Ingin Mencoba Sesuatu yang Baru
Kebaruan selalu menggoda manusia untuk berpaling. Hal yang baru menawarkan harapan, rasa penasaran dan tantangan yang membuat adrenalin meningkat. Ketika seseorang selalu dihadapkan pada rutinitas, dia akhirnya merindukan tantangan yang berbeda dari hal yang terus dijalani saban hari.
Hukum ini juga berlaku pada hubungan romantis. Rutinitas yang telah dijalani sekian lama dengan seseorang menciptakan pola yang mudah ditebak. Sudah tidak ada lagi kejutan, tidak ada lagi hal yang perlu diperjuangkan. Semua sudah bisa diprediksi.
Rasa haus atas sesuatu yang barulah yang kerap jadi penyebab hilangnya loyalitas dalam sebuah hubungan romantis.
3. Kita Memang Pribadi Curang yang Enggan Meninggalkan Kenyamanan
Karena memiliki otak, kita bisa membuat kalkulasi untung-rugi atas sebuah aksi. Secara rasional manusia akan memilih tindakan yang menimbulkan kerugian paling kecil pada dirinya. Manusia lahir sebagai makhluk oportunis yang selalu berusaha mencari tindakan yang aman dan menguntungkan.
Selingkuh dan tidak setia adalah salah satu bukti nyata sifat oportunis manusia. Dengan selingkuh, seseorang akan tetap bisa mendapatkan kenyamanan dari hubungan yang lama sembari dihujani kejutan dari hubungan baru.
Meski terkesan tidak adil bagi pihak yang diselingkuhi, tapi seseorang yang selingkuh akan terus melanjutkan aksinya selama tindakan ini tetap dirasa menguntungkan bagi dirinya.
4. Selingkuh Menawarkan Kemungkinan-Kemungkinan Baru
Menjalin hubungan dengan orang baru (sembari terus melanjutkan komitmen yang lama) tidak hanya menawarkan petualangan dan cerita seru, tapi juga membuka berbagai kemungkinan baru. Misalnya nih, kamu pacaran sama cewek yang suka baca terus selingkuh sama cewek baru yang anak band. Alhasil, kamu akan dapat pengetahuan soal buku dan musik sekaligus.
Tidak hanya membuatmu lebih “kaya” secara pribadi, kamu juga bisa memperluas jejaring dan mendapatkan berbagai kesempatan langka. Kamu bisa kenalan sama pemilik toko buku, gaul sama promotor musik, kenalan sama anak band. Semua jejaring baru bisa berdampak pada kehidupanmu.
Pertanyaannya, kamu punya hati atau enggak untuk terus berjudi dengan perasaan orang lain demi kepuasan batinmu?
5. We Have An Animal Instinct
Manusia pada hakikatnya punya sisi liar yang mirip hewan dalam dirinya. Terutama jika berhubungan dengan hubungan fisik. Secara natural kita akan tertarik pada lawan jenis dan bisa melakukan apapun. Norma sosial dan akal sehatlah yang bisa jadi tembok pembatas.
Sayangnya, rasionalitas kerap dikalahkan oleh nafsu. Tidak jarang kita membebaskan diri dari segala aturan demi urusan organ tubuh di sela paha. Saat manusia memilih mengikuti insting dan melepaskan segala hal yang selama ini diyakininya soal kepantasan, maka apapun bisa terjadi.
Hubungan yang tidak sepantasnya terjadi bisa terjalin dengan siapapun dan dalam kondisi apapun.
6. Tetap Mencukupi Kebutuhan Materi Bisa Jadi Alasan Untuk Selingkuh
Alasan ini kerap diungkapkan oleh orang yang jadi tulang punggung keluarga. Ketika dia masih bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, mencukupi uang belanja dan biaya sekolah anak maka ia masih jadi pribadi bertanggung jawab. Seakan mencukupi kebutuhan materi setara dengan jadi pribadi yang menjaga komitmen.
Padahal komitmen romantis tidak setara dengan transaksi jual beli. Ikatan cinta tidak seperti supermarket, yang memungkinkanmu mengambil apapun yang kamu mau selama masih mampu membayar.
7. Manusia Lebih Takut Tertangkap Basah Daripada Takut Dosa
Kalau kita percaya pada kekuatan besar yang mengatur kehidupan di luar diri, maka sepatutnya kita takut pada dosa dan karma. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan kembali pada diri sendiri, melalui berbagai cara. Tapi manusia lebih takut pada sesama manusia dibanding pada dosa.
Orang yang selingkuh cenderung lebih khawatir ketahuan dibanding cemas karena suatu hari semesta akan membalas perbuatannya. Selama penilaian sesama manusia masih jadi acuan seseorang untuk bertindak, dia akan selalu berusaha menemukan jalan untuk mengelabui orang lain.